Kiriman: Wayan Citra Wulan Sucipta Putri, 11 Mei 2012
Sepenggal percakapan dengan salah seorang pasien saya beberapa tahun yang lalu: “Dok..pokoknya kehamilan ini harus digugurkan..saya belum siap menikah dan punya anak..saya masih punya cicilan motor..dan di tempat kerja saya belum diperbolehkan hamil..saya stress dok..rasanya ingin bunuh diri saja….”…
Percakapan itu tiba-tiba saja terlintas ketika saya membaca salah satu berita dari VOAnews.com yang dilansir tanggal 23 Januari 2012 (20 Juta Lebih Kasus Aborsi di Dunia Dilakukan Secara Tidak Aman). Berita itu membuat saya termenung dan terhenyak, meskipun saya tahu berita ini bukanlah suatu hal yang baru.
Berita VOA ini mengutarakan ide yang sangat prinsipil, yakni ketidaksetujuan terhadap aborsi namun bukan karena pro life atau pro choice namun lebih dari karena sisi negative dari aborsi itu sendiri. Artikel ini secara tak langsung menyadarkan bahwa legalisasi aborsi bukanlah jawaban utama dari permasalahan kehamilan tidak diinginkan. Begitu pula dengan alat kontrasepsi, karena alat kontrasepsi itu sendiri masih memiliki persentase kegagalan.