Kiriman: Anggi Tristiyono, 14 Mei 2012
Penampilan luar ikan hiu yang terlihat garang, menyeramkan dan seperti predator sejati membuat kita menggambarkan hiu itu sebagai binatang lambang keganasan. Inilah yang menjadikan banyak sutradara film menjadikan hiu sebagai rujukan cerita yang isinya menyoal hanya tentang keganasan, pemangsa yang ganas, dan sangat ditakuti. Stereotype yang seperti ini yang terus di tanamkan sehingga orang-orang menjadi sangat ketakutan jika bertemu langsung dengan hewan seperti ini.
Padahal jika kita melihat dari sisi yang berbeda ternyata hiu merupakan hewan yang penuh kelembutan, dibalik sosok yang menyeramkan dengan taring yang tajam ternyat hiu tidak memiliki tulang sejati, seluruh tubuhnya hanya di topang oleh tulang lunak atau biasa di sebut tulang rawan. Dari hewan ini kita di ajarkan bahwa menilai sesuatu jangan dilihat dari luarnya saja, dari dalam mungkin jauh lebih baik.
Baca di http://uncleyono.blogspot.com/2012/05/sup-sirip-hiu-menyebabkan-kepunahan.html
Sungguh sangat ironis, demi hanya untuk dianggap berada di kedudukan tertinggi dan terlihat mewah sirip hiu dijadikan hidangan makanan yang berkelas dan dimakan oleh orang-orang yang berkelas pula. Sirip hiu diolah menjadi sup yang di sajikan di acara-acara bisnis dan pernikahan di Hongkong karena menjadi lambang kedudukan tinggi. Dengan harga semangkuk sup sirip hiu yang di bandrol hingga 100 dolar dan tergantung pada kualitas hiu nya juga, bahkan jenis hiu paus untuk harga eceran siripnya bisa mencapai 20.000 dolar.