Kiriman: Wilson Partogi, 6 Juni 2012
“Kematian satu orang merupakan tragedi, namun kematian ribuan orang hanyalah statistik!” ujar pemimpin komunis, Joseph Stalin.
Tampaknya kata-kata inilah yang dipegang teguh oleh para pemimpin nasional di negeri ini, kematian 1 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia serta tewasnya 3 suporter bola baru-baru ini di Senayan seakan menghebohkan seluruh nusantara. Namun, entah mengapa meninggalnya 20.000 ibu Indonesia setiap tahun justru tak pernah muncul dalam berita-berita di koran nasional maupun layar kaca kita. Di manakah media? Di manakah para wartawan?
Apakah kematian 20.000 ibu Indonesia bukan merupakan topik yang “sexy” jika dibandingkan dengan polemik konser Lady Gaga yang sampai menghebohkan lima Menteri serta berbagai petinggi pemerintah di negara ini? Namun, mengapa kita tidak melihat menteri negara berbondong-bondong berkomentar mengenai Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan Indonesia yang merupakan tertinggi di Asia Tenggara?
Mengapa pula Front Pembela Islam (FPI) tidak mengerahkan 30.000 anggotanya untuk membantu proses persalinan ibu di berbagai daerah ketimbang “hanya” untuk menahan 1 orang Lady Gaga di bandara?
Media di Indonesia lebih senang memberitakan kisah yang sensasional ketimbang mengangkat isu yang vital dan menyangkut masa depan bangsa.
Berusahalah membaca tulisan berikut tanpa menitikkan air mata.
Baca di http://partogi.blogdetik.com/2012/06/06/ketika-nyawa-ibu-di-indonesia-tidak-lagi-berharga/