Kiriman: Aria R., 19 September 2012
Entah apa yang harus kita sematkan pada Chris Stevens, sebagian menganggap dia “pantas” menjadi korban pembunuhan, sebagian lagi menganggap dia “pahlawan”. Apa ini yang terkandung di balik arti “air susu di balas air tuba”. Ataukah ini hanya merupakan hasil dari sebuah kata “terorisme”, ataupun ini tak lebih dari sebuah hasil dari kata “ideologi”?
Tetapi apapun itu- menurutku “membunuh” seseorang tetap saja tidak dapat di benarkan. Masih banyak cara lain yang lebih moderat dan terhormat- di dalam menyikapi dan menyelesaikan sebuah masalah.
“Assalamualaikum” – ujar Chris Stevens, masih kuingat di awal videonya- menyapa bangsa Arab dalam bahasa lokal- saat mengenalkan dirinya pada saat awal penugasannya di Tripoli. Dan keramah-tamahan-nya dibalas dengan darahnya yang mungkin “halal” untuk di kurbankan- bagi sebagian orang, dan mungkin juga sebenarnya tak pantas juga baginya untuk berakhir dengan cara seperti itu.
Baca di http://quotehill.blogspot.com/2012/09/pesan-kedamaian-dari-sang-duta-besar.html