Kiriman: Agung Prabowo, 24 Juli 2012
Sementara itu, terik panas matahari sekitar hampir pukul 12:00 siang tak menyurutkan langkah kaki seorang wanita bernama Petuk. Perawakannya kurus, tapi tubuhnya agak tinggi dengan potongan rambut pendek (bondol). Langkah kakinya terus melangkah meski tanpa alas kaki, mungkin sandal tak begitu berarti dibandingkan dengan kebutuhan makanan sehari-hari. Tiap uang receh yang ia dapatkan memang habis untuk kebutuhan sehari-hari.
Seperti itulah sekelumit kisah nyata tentang Petuk dan putrinya yang aku tahu sedikit banyak mengenai dirinya. Kenapa aku mengangkat kisah Petuk dan putrinya di tulisanku yang ini ?. Ketika aku membaca berita VOA tanggal 03-07-2012 dengan judul artikel “Transmigran di Poso Tak Mampu Beli Beras”. Yang isi beritanya mengenai para transmigran asal Jawa yang tidak mampu membeli beras dan mengganti makanan pokonya dengan nasi tiwul.
Baca di http://masbowo.com/surat-cinta-untuk-petuk-dengan-segala-keterbatasannya/