Seperti banyak warga rantau Indonesia di Amerika, saya malu sekali minggu lalu ketika beberapa kenalan Amerika menanyakan soal kasus penganiayaan terhadap warga Ahmadiyah di Cikeusik yang masuk berita di sini. Bagaimana saya bisa menjelaskan kebiadaban yang dilakukan atas nama agama ini? Saya pun terketuk untuk membuat liputan mengenai warga Ahmadiyah di Amerika, dengan harapan perbandingan ini bisa sedikit membuka mata pelaku dan simpatisan kekerasan antar agama bahwa tindakan mereka tersebut kerdil dan nista.
Berangkatlah saya mengunjungi Mesjib Baiturahman di daerah Silver Spring, Maryland, sekitar 50 menit dari ibukota Washington, DC. Saya disambut dengan hangat, lengkap dengan tawaran minum teh dari Naseem Mahdi, wakil ketua Komunitas Ahmadiyah Amerika. Dari Naseem Mahdi saya belajar mengenai jemaah Ahmadiyah di Amerika yang ternyata aktif sejak tahun 1920an. Jumlah mereka tidak banyak, hanya beberapa puluh ribu di antara sekian juta umat Muslim di Amerika. Namun mereka cukup aktif. Awal tahun ini misalnya, mereka melancarkan kampanye “Muslims for Love, Peace and Loyalty” yang membawa pesan cinta damai. Salah satu hal yang mereka lakukan adalah menyewa billboard video besar di Times Square, pusat kota New York dan membagikan selebaran pada warga dan wisatawan.
Naseem Mahdi menjelaskan meski umat Ahmadiyah Amerika dan Muslim Amerika pada umumnya tidak punya hubungan kerja yang intim, namun kedua kelompok ini saling santun dan menghormati. Kedua kelompok meyakini benar prinsip kebebasan beragama yang dijamin oleh Amandemen Pertama Konstistusi Amerika. Menurut Mahdi, “Warga di sini tahu konstitusi AS menjamin kebebasan beragama. Tak ada yang bisa menentukan saya Muslim, kamu bukan, saya Kristen, kamu bukan. Ini hak pemberian Tuhan dan dilindungi konstitusi. Orang boleh saja bilang kami bukan Muslim tapi tak ada yang bisa memaksa kami. Sayangnya di beberapa negara Muslim, penindasan terhadap Ahmadiyah dilegalkan.”
Ada banyak hal yang bisa saya kecam mengenai kehidupan di Amerika. Namun kebebasan beragama dan menyatakan pendapat yang mereka terapkan adalah prinsip yang menurut saya begitu luhur dan indah, serta amat layak jadi inspirasi. Prinsip “separation of church and state, ” atau pemisahan antara negara dan agama, menjamin bahwa dalam demokrasi, kelompok agama mayoritas tidak dapat menindas hak kelompok agama minoritas. Agama Mormon misalnya, sempalan gereja Latter Day Saints yang oleh sebagian umat Nasrani dianggap sesat, tetap diberi ruang bernapas sepanjang tidak melanggar hukum. Hukum dalam hal ini adalah semua undang-undang yang dikeluarkan pemerintah pusat atau daerah, dan semua hukum tersebut tunduk pada Amandemen Pertama yang menjamin kebebasan beragama. Intinya, di sini orang bebas menyembah siapapun dan apapun. Bebas pula untuk tidak menyembah sama sekali. Tak ada yang merasa terganggu kalau saya tiba-tiba menyatakan menyembah Donald Bebek misalnya. Lebih tepatnya, bisa saja ada yang terganggu tapi jika kemudian pihak tersebut menindas saya, aparat tidak ragu menindak secara hukum. Peristiwa tersebut diperlakukan seperti kriminalitas, selesai urusan.
Makin miris saya mendengar penjelasan beberapa pejabat Indonesia yang seolah masih menyalahkan para korban. Selama Ahmadiyah masih mengaku Islam, seolah kekerasan yang terjadi bisa dijustifikasi. Ini sulit saya terima. Prinsip saya, selama seseorang yakin dengan agamanya, apa sih pengaruhnya keyakinan orang lain? Kekerasan yang mengatas-namakan agama bagi saya tak lebih dari /insecurity, /kekerdilan jiwa dan pembodohan yang ditunggangi kepentingan tertentu. Jangan biarkan kebiadaban ini terjadi lagi. Berikan setiap orang ruang untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing. Tindak pelaku kekerasan dengan prinsip supremasi hukum, siapapun pelakunya.
Semoga kita semua bisa lebih dewasa. Salam dari Washington.
*Blog ini berisi opini penulis yang tidak mencerminkan pendapat maupun posisi editorial VOA.
9 responses to “Ahmadiyah di Amerika”
sebetulnya hal ini adalah merupakan salah satu aksi dari rencana jangka panjang untuk menciptakan negara agama.
anda hanya melihat setitik atom sangat subjektif. tidak berwawasan luas dan tidak mau berpikir lebih integral. terbukti anda itu bukan orang indonesia. and tidak paham dengan konstitusi Indonesia. anda udah terdoktrin oleh pemikiran ornag liberal yang mendikotomi/memisah2kan masalah agama dgn negara. anda itu oppurtunis. and memang pemuja kebablasan bukan kebebasan.
saya siap berdiskusi lebih sehat lagi dengan anda:
tolong sebutkan agama anda kepada saya
jika anda muslim saya akan diskusi memakai bahasa agama Islam
jika anda non muslim saya akan berdiskusi berdasarkan fakta dan hukum positive (hukum yang berlaku saat ini baik menurut hukum negara Indoenisia, maupun atas hukum intrenational supaya anda lebih puas)
maaf sebelumnya saya menggunakan bahasa yang lugas dan tegas karena saya juga pernah tinggal di negara liberal.
but I am truly Indonesian……..
ayo kita pulang bangun Indonesia
jangan hanya mencari kekayaan pribadi tapi tidak ada manfaatnya bagi bangsa dan negara Indonesia.
coba bayangkan apa yang telah diberikan anda untuk bangsa INdonesia. bisanya menganggumi bangsa orang lain dan menghujat negara sendiri. munafik sekali anda.
tanyalah pada diri anda apa yang telah anda berikan untuk bangsa Indoenisia. jangan2 cuman bisa mengkritik doank. dan cuman bisa berharap. tapi wujudkan dalam sumbangsi nyata donk untuk bangsa ini. bisanya memperkaya diri sendiri doank. anda lupa bahwa anda warga negara INdoneisia, anda lupa anda dilahirkan dibesarkan dimana, tapi apa yang telah anda lakukan untuk bangsa ini…….
munafik sekali anda
bayak sekali manusia yang tinggal di negara liberal mengatakan mereka lebih dewasa dan lebih cerdas tapi mereka tidak kurang lebih dari budak dari kebebasan yang kebablasan, yang mengatakan merekalah nomor satu seperti binatang buas yang siap memakan mangsanya lewat politik kotor kata-kata, sehingga mengiring binatang lain untuk menyerang bersama mangsanya.
Anda tidak lebih seperti binatang yang tidak perna tau aturan hukum yang anda buat sendiri.
sebelumnya mohon maaf pada komentator di atas saya, anda ini menggunakan nama Muhammad tapi kok perkataan anda sangat kasar.
bila hendak berdiskusi ada baiknya dengan bahasa yg santun. setiap pilihan kata yg keluar dari kita mencerminkan level pendidikan dan karakter kita.
saya rasa sah2 saja memiliki opini bahwa kebebasan beragama sebaiknya ditegakkan.
jangan mentang-mentang mayoritas lalu bisa seenaknya menindas lalu setiap tindakan kekerasan diatasnamakan jihad memberantas orang kafir.
saya sendiri seorang muslim yang tidak setuju dengan ajaran Ahmadiyah. tapi apakah lalu penyelesaiannya adalah merusak dan membunuh?
bukankah kita dikaruniai Allah kemampuan berfikir dan hati nurani?
marilah kita menggunakannya..
bukankah Allah sendiri lebih menekankan pada Habblumminannas, hubungan antar manusia dengan manusia (BUKAN hanya sesama muslim, tapi seluruh manusia apapun kepercayaannya) ketimbang Hablumminallah, hubungan dengan Allah yg menurut Allah adalah hal yg bersifat pribadi?
Dan Allah juga membebaskan Rasulullah SAW dari beban adanya orang yg tidak mau mengikuti ajarannya, Allah bersabda tugas Rasulullah hanya menyampaikan, masalah orang itu mau tetap kafir atau masuk Islam bukan jadi beban Rasulullah, dan agama Islam sendiri pun terpecah menjadi berpuluh-puluh mahzab. Lalu kita ini siapa mau melebihi tugas Rasulullah dan menganggap Islam kita yg paling benar?
bagaimana jika setiap anggota mahzab yg berbeda itu mengganggap dirinya paling benar? bukankah kita hanya akan perang antar mukmin?
Pernahkah saudara melihat jamaah muslim di masjidil haram dari negara lain yg sholatnya sama sekali tidak ikut gerakan imam padahal dia bersholat wajib yg sama? dan dia tahiyat akhir tiga kali berturut-turut lalu selama sholat kepalanya bergeleng ke kiri kanan dan berdoa dengan keras? bahkan yg wanita telapak kakinya tidak tertutup.
apakah kemudian karena kita anggap islam kita yg paling benar lalu kita bunuh saja orang itu?
nyatanya askar-askar di masjidil haram tidak mengusir orang itu..
jadi mengapa kita seperti cacing kepanasan?
bila memang kita tidak setuju dengan ajaran Ahmadiyah maka hendaklah kita menyampaikan dengan jalan damai.
semoga di dalam negara kita tercinta semakin banyak orang yang bisa lebih menggunakan hati nurani nya sambil tetap berpegang teguh pada agama dan keyakinan yg dipeluk masing-masing.
Saya orang desa di Kaltim. Tdk prnah ke luar negri hanya antar pulau di Indonesia. Yang tdk bsa menerima perbedaan kpercyaan kbnyakan d Pulau jawa, Sumatera (maaf bkan memojokkan). Kami di Kaltim khususny & Kalimantan umumny tdk prnah ribut mslah agma & kprcayaan. Stlah bnyak org luar pulau masuk brulah trasa tkanan demi tekanan trhdap kpercyaan lokal namun kami msh bsa tolerir shingga tdk da anarkis. Kbbsan & prbdaan kami junjung. Kami org asli jngan d ganggu Hak Asazi mka akn hormat anda yg datang. Kami puny Program Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat yg pda saat mkan kami sling hargai bgtu jga penyembahan berhala. (D pulau laen kami dengar da yg di bakar & di bunuh Sungguh Sadis).
Marilah kita cooling down,ikuti Pak Din Syamsudin dengan nasehat2nya yang kondusif dan konstruktif.
Mungkin anda perlu ke http://www.myopera.com.
-> Group name : Klub pengguna opera Indonesia.
Termasuk ke forumnya.
Klik ke debate nya.
Kalo tidak salah judulnya :
Ada kesalahan pada tata letak kata :
Bhineka Tunggal Ika.
Cobalah :).
Agar kamu mendapatkan masukan yang positif dan
makin memperpintar kamu akan apa itu dunia ini (?).
:).
Itu konspirasi : hanya oknum yang menyerang Ahmadiyah.
Islam yang saya, keluarga dan lingkungan kami pahami sama sekali tidak seperti itu. Brutal, anarkis dan intoleran bukan Iskam yang saya anut..