Kiriman: Devi Raissa Rahmawati, 6 Oktober 2012
Satu tahun terakhir ini, ada pemandangan yang luar biasa di kampus saya. Diantara mahasiswa baru berjaket kuning yang berseliweran di kampus, ada satu dua orang yang mencuri perhatian saya. Satu tahun yang lalu, terlihat seorang perempuan yang duduk di kursi roda dan dikelilingi oleh teman-temannya yang sigap membantunya untuk mobilisasi. Beberapa bulan yang lalu, saya lihat seorang anak laki-laki yang tidak memiliki tangan namun memiliki binar semangat yang tinggi di matanya. Saya pun merasa bangga, bahwa universitas (yang katanya) terbaik di negeri ini, memberikan kesempatan kepada semua orang untuk menjadi civitas academica-nya, tanpa pandang bulu, meskipun ia memiliki kekurangan fisik.
Saya senang akhir-akhir ini melihat begitu banyak kesempatan yang terbuka lebar bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik ini. Contohnya, ya..seperti yang sudah terjadi di kampus. Di daerah lain, seperti di Solo, ternyata juga mulai digalakkan kesempatan bagi mereka, atau yang disebut juga kaum difabel, untuk dapat bekerja selayaknya orang-orang pada umumnya. Hal ini seperti termuat dalam artikel VOA yang berjudul ‘Perusahaan di Solo Didorong Pekerjakan Kaum Difabel’ (19/09/2012).
Baca di: http://deviraissa.wordpress.com/2012/10/07/difabel-diskriminasi-kesetaraan/