Saya baru saja terkikik geli melihat posting Facebook seorang teman dekat yang menyambut baik pencabutan aturan “Don’t Ask, Don’t Tell” dengan memasang klip video musik “In The Navy” ciptaan Village People. Di video ini para personil band tersebut mengenakan aneka kostum tokoh budaya Amerika, termasuk laksamana dan pelaut. Mereka lalu bernyanyi dan berjoget dengan latar belakang kapal selam Angkatan Laut. Video ini semula diciptakan untuk membidik kaum gay tahun 1970an dengan menampilkan tokoh fantasi gay populer, namun ketenaran Village People membuat video ini juga digemari kaum heteroseksual karena presentasinya yang “tounge-in-cheek” alias ‘ngeledek’.
“Don’t Ask, Don’t Tell” atau biasa disingkat menjadi DADT, dicabut pemberlakuannya oleh Senat AS Sabtu lalu dengan suara 65 setuju dan 31 menolak. Aturan ini melarang kaum gay dan lesbian Amerika yang mengabdi di lembaga militer AS untuk dapat terbuka mengenai orientasi seksual mereka. Jadi intinya, sekarang setelah DADT dicabut, seorang anggota militer AS tidak harus lagi menutup-nutupi kenyataan bahwa ia gay atau lesbian sehingga terancam pemecatan jika ketahuan. Dari 65 suara setuju, hanya tujuh di antaranya berasal dari Senator Partai Republik.
Pihak yang menentang peraturan ini menyatakan DADT merupakan bentuk diskriminasi karena menghalangi kaum homoseksual Amerika menjalankan hak mereka membela negara. Aturan ini ditetapkan sebagai suatu bentuk kompromi di masa pemerintahan Clinton tahun 1993. Presiden Bill Clinton dan kubu Demokrat saat itu ingin menghapus aturan yang ditetapkan semasa pemerintahan Ronald Reagan tahun 80an, yang melarang kaum homoseksual masuk militer. Namun oposisi kubu Republik dan opini publik saat itu menentang gagasan ini, sehingga dicapailah kompromi DADT, bahwa kaum gay dan lesbian boleh masuk militer asal mereka menyembunyikan orientasi seksual mereka. Disebut “Don’t Ask, Don’t Tell”karena intinya adalah, jangan tanya dan jangan bilang. Selama 17 tahun sejak aturan ini ditetapkan, ada 14 ribu anggota militer AS yang dipecat akibat ketahuan mereka gay/lesbian dan dianggap melanggar DADT.
Pencabutan DADT merupakan kemenangan besar bagi aktivis hak homoseksual di Amerika. Sebagian besar rakyat Amerika (77 persen menurut jajak pendapat ABC News & Washington Post tahun ini) mendukung hak gay dan lesbian masuk militer. Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa berbeda seperti ketika tahun 90an dulu, sebagian besar anggota militer Amerika sendiri sekarang tak keberatan bertugas bersama seorang gay atu lesbian. Menjadi gay atau lesbian dianggap tidak mengurangi kompetensi seseorang sebagai seorang prajurit. Pergeseran pendapat ini antara lain karena suksenya kampanye sosial yang dilakukan aktifis homoseksual untuk menyorot kasus-kasus di mana para pejuang yang menyabung nyawa bagi negara dipecat hanya karena identitas seksualnya. Pergeseran pendapat ini juga semakin mencerminkan betapa kaum homoseksual semakin diterima di masyarakat dan tidak lagi dianggap sebagai pihak yang memiliki perilaku menyimpang. Meski demikian, masih ada porsi cukup signifikan di antara rakyat Amerika khususnya kaum Kristen Konservatif, yang menganggap homoseksualitas sebagai perilaku yang melanggar moral agama dan tidak bisa diterima di masyarakat.
Presiden Obama, salah satu pendukung pencabutan “Don’t Ask, Don’t Tell”, dijadwalkan menanda-tanganinya menjadi Undang-Undang minggu ini. Setelah Departemen Pertahanan AS melakukan persiapan administratif dan logistik selama beberapa bulan ke depan, barulah aturan bahwa kaum gay dan lesbian memiliki hak sama dalam hal membela negara dapat diimplementasikan.
Kini setelah kaum gay dan lesbian Amerika boleh memanggul senjata untuk negeri secara terbuka, perjuangan mereka berikutnya adalah untuk mengenakan cincin kawin. Persamaan hak untuk bisa menikah secara sah di mata hukum. Bagaimana pendapat Anda?
Salam dari Washington.
*Blog ini berisi opini penulis yang tidak mencerminkan pendapat maupun posisi editorial VOA.