Kiriman: Zulfikar Akbar, 6 Februari 2012
Persoalan keluhan masyarakat Papua yang merasa tanah mereka lebih banyak dihuni pendatang musti dilihat secara bijak. Tujuannya, agar tidak sampai pendatang yang notabene hanya mencari nafkah harus menjadi korban.
Di sini pemerintah dan bahkan perusahaan yang bergerak di sana harus melihat itu dengan arif, antara penduduk lokal yang tidak bisa dinafikan keberadaannya dengan pendatang yang mengasapi dapur di tanah Papua. Sebab, meski kebhinnekaan didengung-dengungkan namun tidak berarti harus menutup telinga atas apa yang menjadi keinginan riil penduduk lokal.
Baca selengkapnya di: http://protagoni.blogspot.com/2012/02/papua-melodi-sumbang-di-tanah.html