Mungkin sebagian orang membayangkan Amerika sebagai negara yang kaya raya. Hmm… lebih tepatnya kaya utang! Itulah yang menjadi sumber pertikaian politik di Washington selama beberapa minggu kemarin – yaitu bagaimana mengendalikan utang yang terus menggelembung.
Intinya kubu Republik dan Demokrat di Kongres berseteru soal berapa besar anggaran pemerintah AS, untuk periode tahun fiskal 2011. Lho.. tahun fiskal kan harusnya dimulai September? Itulah yang bikin lebih heboh lagi… anggaran pemerintah AS ini sudah lama lewat deadline, baru akhirnya disepakati Jumat kemarin dekat tengah malam.
Jika saat itu Kongres tidak bisa sepakat, maka pemerintah AS akan berhenti beroperasi. Ini artinya pegawai negeri dirumahkan (sekitar 800 ribu orang), semua layanan dan fasilitas pemerintah tutup (misalnya kantor pembuatan paspor, kantor pajak sampai museum dan taman nasional). Bahkan tentara AS yang bertugas di luar negeri juga belum tentu dibayar!
Gila nggak? Masak pemerintah negara adidaya bisa gulung tikar seperti warung kaki lima? Dan bukan pertama kalinya hal ini terjadi. Pada masa pemerintahan Bill Clinton, pemerintah AS sempat berhenti beroperasi selama 20 hari, tepatnya di akhir tahun 1995. Memang inilah konsekuensi pertikaian dua kubu oposisi di Kongres, yang memegang penuh kendali kocek negara. Kongres AS terdiri dari lembaga Senat, yang sekarang dikuasai partai Presiden Obama, partai Demokrat dan lembaga DPR yang kini dikuasai Republik.
Inti perdebatan bersumber pada perbedaan ideologis antar kedua kubu. Partai Republik, umumnya senang pemerintahan yang ramping dan tidak banyak berperan dalam kehidupan pemerintah. Menurut mereka, kesejahteraan rakyat lebih baik dicapai lewat mekanisme pasar bebas, bukan ikut campur pemerintah. Partai Demokrat sebaliknya, ingin pemerintahan yang lebih besar perannya, demi memastikan keadilan sosial. Argumennya adalah, mana mungkin pasar dan swasta dapat menjamin kesejahteraan semua warga, terutama kelompok yang terpinggirkan (orang miskin, kaum difabel, minoritas, dsb). Kalau dilepas sepenuhnya ke mekanisme pasar, pasti yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Demokrat umumnya mendukung program-program tunjangan sosial bagi yang membutuhkan, sehingga memerlukan anggaran yang lebih besar.
Setelah negosiasi a lot berminggu-minggu, akhirnya kesepakatan dicapai pada detik terakhir, kurang dari 90 menit sebelum masa berlaku anggaran sementara habis dan penutupan pemerintah. Kedua kubu sepakat memangkas $ 38,5 milyar. Jumlah yang besar, tapi sebetulnya tak seberapa dibanding utang pemerintah AS yang mendekati $14 trilyun!
Sebagai pegawai pemerintah (VOA adalah lembaga federal pemerintah AS), saya cukup lega karena pemerintah berjalan kembali dan saya bisa menerima gaji seperti biasa! Phew… padahal kemarin sudah sempat hitung-hitungan berapa duit celengan yang bisa dirogoh kalau sampai saya dirumahkan.
Tapi seperti halnya rakyat Amerika umumnya, saya juga kesal dengan cekcok para politisi Amerika yang tidak bermutu. Sebab pada saat-saat terakhir, perdebatannya bukan lagi urusan berapa nominal dolar yang harus dipangkas, melainkan di mana pemangkasan tersebut harus dilakukan. Dan ujung-ujungnya adalah permainan ideologi. Kubu Republik yang umumnya konservatif secara sosial, ingin agar dana pemerintah untuk Planned Parenthood, lembaga yang menyediakan layanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, sama sekali dihapuskan, dengan alasan lembaga ini menyediakan layanan aborsi (meskipun tidak menggunakan dana pemerintah). Kubu Demokrat (yang umumnya liberal dalam issu-issu sosial) menolak mentah-mentah karena tidak ingin mengorbankan kepentingan perempuan demi mencapai sepakat soal anggaran.
Sebagai orang Indonesia, fenomena ini sangat menarik karena rasanya tak mungkin terjadi dalam sistem politik kita. Dinamika eksekutif-legislatif AS berbeda dengan Indonesia. Di Indonesia juga tidak ada dikotomi ideologis small government vs big government seperti di Amerika. Namun saya ambil hikmahnya begini, politisi di manapun sama saja. Banyak gaya, banyak bicara, ujung-ujungnya memperjuangkan kepentingan kelompok sendiri, bukan negara.
Bagaimana menurut Anda?